Sejak beberapa
tahun terakhir, kita sering menemui barang-barang di pasaran yang mencantumkan
label-label terkait pelestarian lingkungan pada produknya. Seperti eco-friendly, non-CFC pada produk lemari
es dan juga spray, no-animal testing pada produk
obat-obatan dan kecantikan, recycleable pada
produk botol plastik, kertas, dan berbagai kemasan lainnya. Munculnya berbagai
label pelestarian lingkungan tersebut secara umum merupakan respon produsen
terhadap tingginya permintaan dan kepedulian konsumen terhadap permasalahan
lingkungan yang disebabkan oleh proses produksi yang tidak ramah lingkungan,
meskipun ada juga produsen yang memang sudah concern mengenai hal itu.
Gambar: Wisnuvegetarianorganic.wordpress.com
|
Konsumerisme
hijau mengarah pada pergerakan konsumen untuk melakukan tindakan konsumsi yang
mendukung pelestarian lingkungan (sustainable
environment). Adanya konsumerisme
hijau ini menuntut produsen untuk lebih memperhatikan lingkungan, juga
menyadarkan konsumen untuk berpartisipasi secara aktif melalui tindakan
konsumsi yang ramah lingkungan, contohnya melalui upaya mengurangi penggunaan
produk plastik (reduce), penggunaan
kembali barang yang dapat dipakai ulang (reuse)
dan pendaur-ulangan barang-barang untuk mengurangi volume sampah (recycle).
Sebuah survei (oleh SC Johnson) pada
awal dekade 90-an di Amerika Serikat menunjukkan seberapa besar persentase (pada
contoh) dari jenis-jenis konsumen di Negeri Paman Sam itu sebagai berikut:
- Konsumeris hijau atau disebut dengan true- blue green yang aktif dan konsisten melestarikan lingkungan terdiri atas aktivis, professional, dan tokoh masyarakat dengan jumlah sebanyak 20%;
- Greenback greens adalah orang yang bersedia untuk membayar lebih banyak dari yang seharusnya untuk produk-produk yang bersifat ramah lingkungan. Presentase golongan ini berjumlah sekitar 5%, terdiri atas orang-orang non-aktivis yang sedang dalam kenaikan karir;
- Sprouts yaitu orang-orang yang terkadang peduli dengan lingkungan tetapi masih bingung untuk memilih antara kesejahteraan ekonomi vs pelestarian lingkungan. Jumlah sprouts cukup banyak, sekitar 31%;
- Grausers merupakan golongan orang yang menyalahkan pihak lain atas terjadinya kerusakan lingkungan dan tidak berniat untuk berpartisipasi dalam konsumsi hijau. Jumlah grausers ini sekitar 9% dari contoh;
- Basic Brown terdiri atas orang-orang dengan perekonomian rendah, belum mampu memenuhi kebutuhan dasarnya dan tidak memiliki pendapat bahwa konsumen dapat melestarikan lingkungan. Jumlah golongan ini sekitar cukup besar 35% dari contoh.
Penelitian
terbaru dari SC Johnson mengenai green
consumerism ini menunjukkan hasil yang lebih baik. Pada tahun 2011 tujuh
dari sepuluh orang Amerika menyatakan dirinya cukup banyak tahu mengenai
permasalahan lingkungan. Di samping itu mereka menyatakan bahwa mereka yakin
dapat melakukan langkah kecil untuk memperbaiki lingkungan. Hal tersebut lebih
baik dibandingkan tahun 1990 ketika hanya ada lima dari sepuluh orang mengaku
tahu tentang permasalahan lingkungan.
Penulis
sendiri berpendapat bahwa pelestarian lingkungan melalui green consumerism akan mampu mengurangi banyak permasalahan
lingkungan yang merisaukan. Meskipun masih banyak pihak yang apatis terhadap
efektivitas pelestarian lingkungan ini, jika upaya pelestarian lingkungan
tersebut dilakukan secara konsisten, berkelanjutan, dan kolektif, lingkungan
yang lestari pun dapat diwujudkan. Jadi,
kita kah konsumeris hijau?
No comments:
Post a Comment